Tuesday, 14 August 2018
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI & KD) Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Tata Busana SMK/MAK
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2), dan Kompetensi Keahlian (C3)
Berikut ini Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Tata Busana Klik icon download di bawah ini:
Friday, 10 August 2018
Spektrum Keahlian SMK (Perdirjen Dikdasmen No. 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018)
Nomor 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
Silahkan klik Disini...
Cara Mengukur Kemeja Lengan Panjang
Ukuran merupakan bagian terpenting dalam proses pembuatan busana. Bagaimana jika kita membuat pola busana tanpa ukuran?
Ketepatan mengambil ukuran sangat penting. Karena akan berpengaruh pada busana yang kita buat.
Materi mengukur kemeja lengan panjang ini merupakan bagian dari pembuatan kemeja pria.
Jangan lupa gunakan pita ukur untuk melakukan pengukuran badan ya..dan buatlah daftar ukurannya.
Sumber :
Busana Pria. 2013. Dr. Sri Wening, M.Pd. Fakultas Teknik UNY.
Ketepatan mengambil ukuran sangat penting. Karena akan berpengaruh pada busana yang kita buat.
Materi mengukur kemeja lengan panjang ini merupakan bagian dari pembuatan kemeja pria.
Cara
mengambil ukuran kemeja lengan panjang adalah sebagai berikut :
1. Panjang kemeja
Diukur dari puncak bagian depan
kebawah sampai ruas bawah ibu jari.
2. Lingkar badan
Diukur pada badan yang terbesar
dalam keadaan menghembuskan nafas.
3. Lingkar leher
Diukur sekeliling leher dengan
posisi pita ukuran terletak tegak pada lekuk leher.
4. Lebar punggang
Diukur dari ujung bahu belakang
kiri sampai ujung bahu kanan.
5. Rendah bahu
Diukur dari ruas tulang leher
kebawah sampai perpotongan lebar punggung.
6. Lingkar lengan atas
Diukur keliling dari ujung bahu
muka melalui ketiak keujung bahu belakang.
7. Panjang lengan
Diukur dari ujung bahu kebawah
sampai pergelangan nadi.
8. Lingkar siku
Diukur keliling siku
9. Lingkar pergelangan tangan
Diukur
keliling pergelangan nadi
Aplikasi Buku Kerja Guru 2018
Berikut ini adalah aplikasi buku kerja guru. Perangkat buku kerja guru dalam K13 sangatlah penting. Para guru harus memilikinya dengan tujuan untuk mengertahui sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan bahkan untuk mengontrol aktivitas lain di sekolah.
Silahkan download buku kerja guru kurikulum 2013 di bawah ini :
Wednesday, 8 August 2018
Pola Aneka Model Rok
Pola aneka model rok ini saya dapatkan ketika kuliah. Polanya mudah untuk dipelajari.
Sebelum belajar membuat pola aneka model rok ini, siapkan terlebih dahulu alat tulisnya ya...
Sebelum membuat pola dalam ukuran besar, alangkah lebih baiknya membuat pola kecil dengan menggunakan penggaris skala kertas.
Alat tulis yang diperlukan yaitu buku kostum, pensil, bolpoint, penghapus, penggaris dan penggaris skala.
Sumber : http://anugerah.mkri.id/
Tuesday, 7 August 2018
Anugerah Konstitusi Bagi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018
MK memandang penting melakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi dan pemberian penghargaan Anugrah Konstitusi bagi Guru PPKn yang berhasil melaksanakan pendidikan kesadaran berkonstitusi, baik yang berada di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama dan pemberian penghargaan “Anugerah Konstitusi”.
Ibu/bapak guru PPKn ikut seleksi ini yuk...!
Berikut Pedoman Anugerah Konstitusi Bagi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018.
Pengetahuan Busana Pria
Pengertian busana pria adalah busana yang biasa dikenakan kaum pria. Pakaian pria
mempunyai model tertentu berbeda dengan pakaian wanita yang mempunyai
macam macam model.
Adapun
macam busana pria adalah:
1. Celana Panjang
2. Celana Pendek
3. Kemeja
4. Piyama
5. Kaos Oblong
6. Jaket
7. Safari
8. Setelan Jas
9. Busana-busana Daerah (Beskap,
Surjan,dll)
![]() |
Setelan jas Sumber Foto : journal.trooys.com |
![]() |
Safari Sumber foto :http://simplyfreshlaundrypalembang.com |
![]() |
Beskap Sumber foto: www.kompasiana.com |
![]() |
Surjan Sumber foto :https://budayajawa.id |
![]() |
Jaket Sumber foto :http://qualitaspremium.store |
![]() |
Oblong Sumber foto :http://solokaos.com |
Sebelum kita melakukan pecah pola busana pria sebaiknya kita menyimak atau menganalisa model terlebih dahulu bagaimana bentuk lengan, kerah, ukuran, dan sebagainya. Kemudian menentukan arah dan bentuk garis hias, perbandingan bidang, serta bagaimana menggunakan lipit kup pola dalam mengkonstruksi pola menurut model.
Untuk
mampu menganalisa model, terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri model,
yaitu:
1. Gejala perspekrif.
Yaitu
mengungkap macam-macam sikap berdiri.
2. Arah Lungsin Kain.
Yaitu
arah benang dapat ditafsirkan dengan melihat
jatuhnya bagian itu serta motif bahannya.
3. Tekstur.
Yaitu
wujud bahan atau tekstur pada gambar model dapat dikenal pada siluetnya.
4. Warna dan corak bahan.
5. Teknik penyelesaian dalam kaitan
menggambar polanya.
6. Mode dan tujuan pemakaian.
7. Hiasan dan pelengkap pakaian.
Agar
mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan busana pria pemilihan bahan
sangat berpengaruh. Pemilihan bahan untuk model busana pria perlu memperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Bentuk busana yang direncanakan.
Bahan
yang dipilih harus disesuaikan dengan bahan yang akan dipergunakan untuk
kemeja, celana, piyama, atau jas, karena setiap bentuk busana memerlukan bahan
yang berlainan baik asal serat dan sifatnya. Selain itu, juga perlu
diperhatikan atau disesuaikan tingkat usia (anak, remaja, dewasa).
Desain
Busana.
2. Tiap-tiap desain busana memerlukan
bahan yang berlainan karena sifat bahan tekstil, sifat tenunan, corak atau
warna akan berpengaruh terhadap sesuai atau tidaknya desain tersebut, misalnya:
a) Bahan lembut untuk desain yang
mempunyai kerut.
b) Bahan polos untuk desain yang mempunyai
variasi jahitan, jahitan hias, opneisel, garis princess, dll.
c) Bahan kaku dan bercorak untuk desain
sederhana
3. Kemampuan Daya Beli
Berbusana
sederhana namun rapi dan serasi akan memberikan rasa percaya diri. Untuk itu,
diperlukan perencanaan yang matang antara pemilihan bahan busana, model, dan
perlengkapannya disertai dengan tekun belajar memilih bahan yang baik dan
disesuaikan dengan kemampuan daya beli.
Pecah Pola Busana Pria. 2005. SMK.
Monday, 6 August 2018
Soal Keterampilan Tata Busana Kelas XII
Petunjuk Umum:
1. Ketik Nama, Nama Sekolah dan Kelas
2. Bacalah soal dengan cermat
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan cara mengklik tanda bulat di depan jawaban
4. Jika semua soal sudah dijawab, kilik KIRIM di bawah soal paling akhir.
1. Ketik Nama, Nama Sekolah dan Kelas
2. Bacalah soal dengan cermat
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan cara mengklik tanda bulat di depan jawaban
4. Jika semua soal sudah dijawab, kilik KIRIM di bawah soal paling akhir.
PERKEMBANGAN INDUSTRI BUSANA
A.
PERANCIS, KIBLAT BUSANA
France’s
dominance over international fashion began in the early eighteenth century.
1.
Kerajaan Menentukan Tren Busana
Sampai
revolusi industri, terdapat dua kelompok masyarakat, yaitu kelas orang kaya,
sebagian besar adalah bangsawan dan tuan tanah; serta kelas orang miskin,
sebagian besar adalah kaum buruh dan petani. Pada masa ini hanya orang kaya
saja yang dapat mengenakan pakaian secara layak. Bangsawan kerajaan sebagai
kaum kelas atas baik dalam ekonomi dan sosial menjadi fokus tren busana. Pada
abad 18 Raja Louis XIV menetapkan Paris sebagai kota busana Eropa. Industri
tekstil berkembang di Lyon dan kota-kota di Perancis lainnya untuk menyediakan
bangsawan kerajaan dengan sutra, pita, dan kain renda. Para penjahit dengan
bantuan kaum kelas kaya meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam
penggunaan
bahan
yang lebih indah tersebut.
2.
Pertumbuhan Couture
Perancis
dapat menjadi kiblat busana karena faktor dukungan kerajaan dan adanya
perkembangan industri sutra. Di Perancis, seni membuat busana disebut dengan couture
(koo-tour‟). Desainer pria disebut couturier dan yang perempuan couturiere.
Charles Worth dianggap sebagai bapak Couture karena merupakan orang pertama
yang sukses menjadi desainer merdeka. Ia lahir di Inggris, datang ke Perancis
pada usia 20 tahun pada tahun 1846 (tahun ketika Elias Howe mematenkan mesin
jahitnya). Beberapa couture lain mengikuti Worth antara lain Paquin, seorang
imigran dari Bavaria datang di San Francisco dengan membawa kain yang akan
dijual ke petambang emas untuk melindungi alat-alat dan senjata untuk
menambang. Ini merupakan jawaban atas kebutuhan dari para petambang akan celana
panjang dengan beberapa saku untuk tempat alat-alat. Celana ini sangat populer,
karenanya dia membuat workshop dan toko untuk menyediakan celana tersebut. Kain
populer yang digunakan Levi‟s ini adalah kain katun berserat ulet/kencang yang
ditenun di Nimes, Perancis yang sering juga disebut serge de Nimes (atau
disingkat denim). Ini adalah pakaian pertama yang dikhususkan untuk para
pekerja. Ini adalah satu-satunya pakaian yang terus dipakai dengan pola dasar
yang sama selama hampir 150 tahun.
C.
PERDAGANGAN BUSANA SELAMA ABAD 19
Modern
retailing had its roots in the nineteenth century when afforable fashion was
first made available to the general public.
1.
Department Store Pertama
Pameran
dan bazar adalah awal mula adanya toko retail. Para pembeli berdatangan membeli
pakaian di pasar tersebut. Harga tidak tertera pada barang sehingga pembeli dan
penjual melakukan tawar menawar.
Adanya Revolusi Industri
mempengaruhi siklus manufaktur dan perdagangan. Semakin banyak barang yang
diproduksi, semakin banyak barang yang dijual. Peningkatan aktivitas usaha ini
meningkatkan pula pengeluaran uang pada golongan kelas menengah. Hal ini
berarti membuat tingkat permintaan barang semakin tinggi. Peningkatan
permintaan atas barang-barang yang bervariasi adalah fondasi dari berkembangnya
perdagangan. Maka, banyak toko retail yang tumbuh di kota-kota mendekati tempat
produksi dan penduduk.
Ketika
itu terdapat dua jenis toko retail, yaitu: the specialty store dan the
department store. Kerajinan tradisional biasanya ditawarkan dalam the
specialty store, sedangkan barang-barang yang lebih umum dan bervariasi
banyak ditawarkan dalam the department store.
2.
Department Store Pertama
Tahun
1826, Samuel Lord dan George Washington Taylor bekerja sama untuk membuka toko
pertama di New York, Lord and Taylor. Jordan Marsh and Co membuka di Boston
dengan promosi dapat menjual, memotong, menjahit, menghias pakaian dalam
setengah hari.
Harrrod‟s
of London didirikan oleh Henry Harrod tahun 1849 dari toko yang kecil. Namun,
pada tahun 1880 Harrrod‟s of London menjadi toko terbesar di Eropa dengan 100
karyawan. Liberty of London dibuka pada tahun 1875 dan mulai berproduksi
pakaian sendiri pada awal tahun 1878. Di Perancis terdapat Bon Marche,
Samaritaine, dan Printemps yang dibuka pada abad 19. Pada abad 19 ini juga
mulai adanya faham layanan pada konsumen, yang sangat mempengaruhi perdagangan
di Amerika. Karenanya dikenal adanya istilah ”the customer is always right”.
D.
EFEK PERANG DUNIA I PADA STATUS WANITA DAN BUSANA
World
War I put women in the work force and gave them new right and practical
clothing.
1.
Wanita dalam Dunia Kerja.
Sebelum
tahun 1900, sangat sedikit wanita yang bekerja diluar rumah. Tanpa tempat usaha
yang bisa memuliakannya, maka wanita tidak mempunyai wewenang dan hak. Seiring
dengan waktu, wanita mulai bekerja di pabrik, kantor, dan toko retail. Tahun
1914, Perang Dunia (PD) I mulai di Eropa dan di Amerika tahun 1917. PD I
berperan sangat besar dalam mempromosikan hak-hak wanita karena wanita Amerika
dan Eropa dapat menggantikan laki-laki pada pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan
oleh kaum pria. Peranan wanita dalam pekerjaan ini sangat mempengaruhi tren
busana, baik pada pola, dekoratif, maupun yang lainnya. Perubahan ini
memerlukan konstruksi yang simpel karena faktor peningkatan biaya tenaga kerja
dan hasil demokratisasi dalam busana. Akhirnya, pada tahun 1920, busana
benar-benar mencerminkan pertumbuhan kebebasan wanita.
2.
Pentingnya Desainer sebagai Trensetter
Ketika
produksi massal tumbuh di industri busana Amerika, Perancis tetap memfokuskan
pada busana kepemimpinan serta kemakmuran. Paris tetap menjadi tempat pertemuan
antara desainer, artis, dan penulis. Mereka bertukar ide dan kreasi untuk
menghasilkan busana yang inovatif.
Sering
satu atau sedikit desainer menjadi trensetter. Mereka mendominasi karena
mampu menangkap spirit dan momen serta mampu menerjemahkan menjadi sebuah
busana dengan daya terima yang sangat tinggi. Sementara itu, pedagang Amerika
sering membeli busana Perancis untuk konsumen kelas atasnya dan juga sering
bekerja sama dengan pabrik membuat kopian atau turunan untuk pasarnya.
Paul
Poiret (pwah-ray) adalah desainer pertama Perancis yang menjadi trensetter
pada abad 19. Gabrielle Chanel (sha-nelle) juga dikenal
dengan Coco. Ia adalah desainer terdepan Perancis pasca PD I. Dia mempopulerkan
the Garcon atau style boyish dengan sweaters dan jersey
dresses. Coco juga merupakan desainer pertama yang membuat adibusana untuk
wanita.
Industri pakaian siap
pakai (ready-to-wear) mulai berkembang ketika para desainer seperti
Poiret, Vionnet, dan Chanel membuat desain dengan gaya dan konstruksi yang
simpel. Adibusana kemudian diturunkan dalam produksi massal dengan harga yang
bervariasi.
Tahun
1920, desainer seperti Lucien Lelong di Perancis dan Hattie Carnegie di Amerika
menambahkan line produksi pakaian siap pakai pada busana yang diproduksi
berdasarkan pesanan (made-to-order). Pada tahun 1920-an industri pakaian
siap pakai semakin berkembang.
E.
EFEK PERANG DUNIA II PADA BUSANA
The
American economy did not entirely recover until World War II escalated
production.
Selama
PD II, industri busana di Perancis yang merupakan pusat busana dunia tidak
mengalami perkembangan berarti. Hal ini karena banyaknya kekurangan selama
perang, seperti: kurangnya kain sebagai bahan baku, bahan hiasan, pangan, dan
juga liputan media. Bahkan ada beberapa toko ditutup paksa.
Terhambatnya
Perancis sebagai pusat busana dunia dalam menyebarluaskan tren mode busana
selama PD II mengakibatkan Amerika harus mencari arah dan gayanya sendiri. Hal
ini berdampak pada berkembangnya potensi dan bakat dari desainer Amerika. Maka,
pada tahun 1940 muncul banyak desainer sukses seperti Claire McCardell, Hatie
Carnegie, dan Vera Maxwell. Para desainer Amerika ini dikenal sebagai spesialis
busana sportwear yang lebih mencerminkan gaya hidup Amerika. Busana sportwear
ini memiliki konstruksi yang lebih simpel dan juga sesuai untuk produksi
massal.
F.
1960an, TREN ARAHAN DESAINER MUDA
The postwar baby boom had
an increasing effect on fashion change. Breaking with convention, young designers
created fashions for their own age group.
1.
London Emerges sebagai Pencipta Busana Kaum Muda Terdepan
Mary
Quant dan desainer muda Inggris lainnya seperti Zandra Rhodes dan Jean Muir
menciptakan tren busana secara internasional. Mereka mempopulerkan busana
dengan individual look yang dipengaruhi gaya Mods dan miniskirts dengan
motif mawar di atas lutut, ketat, dan dengan menggunakan kain yang tidak lazim
digunakan seperti vinyl.
Di
Amerika, desainer muda seperti Betsey Johnson juga menciptakan busana kaum
muda. Bahkan desainer adibusana Paris seperti Andre Courreges mengikuti tren
dari para desainer muda ini. Kepopuleran busana kaum muda ini membuat semua
wanita ingin terlihat lebih muda.
2.
Menghidupkan lagi Busana Pria
Carnaby
Street Tailor berusaha menghidupkan kembali busana pria. Usaha ini menghasilkan
para pria memperhatikan penampilannya di luar masa kerja. Dalam hal ini,
desainer Perancis dan Italia sangat berperan dalam busana pria.
Pierre
Cardin (car-dahn‟) menandatangani kontrak pertamanya untuk membuat kaos
pria dan dasi pada tahun 1959 dan membuka toko busana siap pakai untuk pria
tahun 1960. Langkah ini diikuti oleh Christian Dior, St. Laurent dan desainer
wanita lainnya.
3.
Evolusi Usaha Busana
Tahun
1960 mulai terjadi perubahan usaha busana. Meskipun ada beberapa desainer yang
sukses seperti Pierre Cardin, namun desainer muda Perancis banyak yang
mengalami kemunduran karena faktor finansial.
Di Amerika Serikat,
pertumbuhan ekonomi dan penduduk mengakibatkan perubahan usaha busana. Home
Industry busana mulai tidak terlihat. Ada yang merger atau dibeli
oleh perusahaan besar, ada juga yang berubah menjadi pedagang bahan dan
pakaian.
4.
Boutique menjadi Tren Retail Busana
Boutique (butik)
di Inggris seperti Mary Quant Bazaar membuat tren baru dalam penjualan busana.
Kata Boutiquey ang berasal dari bahasa Perancis berarti toko-toko kecil
untuk memperoleh popularitas. Penjualan secara tradisional di toko dan department
store memperoleh saingan dari butik. Mengikuti tren, Yves St Laurent
membuka butik Rive Gauche (Reev Gosh) diseluruh penjuru dunia. Henri Bendel‟s
di New York menyuguhkan suasana dari berbagai butik dalam satu butik. Ide ini
membawa kesegaran dan ketertarikan dalam penjualan.
Sumber :
Manajemen Usaha Busana. 2011. Moh.Adam Jerusalem.Fakultas Teknik UNY
Sunday, 5 August 2018
Saturday, 4 August 2018
Friday, 3 August 2018
Thursday, 2 August 2018
Wednesday, 1 August 2018
KARAKTERISTIK USAHA BUSANA
A.
PENGELOLAAN USAHA BUSANA
From
characteristic of fashion business we can plan, do, evaluate and improve our
business.
Satyodirgo
(1978: 111) menyebutkan bahwa usaha dapat digolongkan dalam tiga kelompok sifat
usaha.
a. Komersil,
yaitu usaha yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Para pelaku usaha ini sering disebut dengan pengusaha atau entrepreneur.
b. Nonkomersil,
yaitu usaha yang didirikan dengan unsur sosial sebagai tujuannya sehingga menomorsekiankan
pencarian laba.
c. Semi
komersial, yaitu usaha yang disamping untuk mencari laba juga dalam operasinya
mengedepankan aspek sosial secara seimbang. Dalam jenis badan usaha, contoh
semi komersil ini dapat direprentasikan oleh koperasi.
B. JENIS-JENIS
USAHA BUSANA
Seiring perkembangan zaman, jenis usaha juga mengalami
perkembangan. Banyak varian baru dalam suatu bidang usaha termasuk dalam usaha
busana, baik usaha di bidang busana itu sendiri maupun usaha yang berkaitan
dengan busana mulai dari benang, tekstil, aksesoris, merchandise,
pendidikan busana sampai pada kecantikan. Setidaknya ada enam kelompok usaha
busana yang akan dipaparkan dalam buku ini seperti yang sebutkan dalam Sri
Wening (1994:93).
1. Usaha
Menjahit Perseorangan
Disebut
usaha menjahit perseorangan karena dilakukan secara individual. Individual ini
dapat dipandang dari sisi pembuatnya, yaitu dibuat oleh seorang penjahit, namun
dapat pula dipandang dari sisi produknya, yaitu busana yang dibuat diselesaikan
secara utuh setiap satu (pcs) busana sebelum membuat busana yang lain.
Berdasarkan busana yang dibuat, usaha perseorangan dibedakan menjadi tiga,
yaitu: modiste, tailor, dam houte couture.
a.
Modiste
Modiste
biasanya mengerjakan busana wanita dan busana anak. Pada modiste, pengelolaan
masih sangat sederhana, hampir semua pekerjaan dilakukan sendiri mulai dari
mengukur, memotong, menjahit, hingga penyelesaiaan. Dalam hal ini, pimpinan modiste
memegang beberapa fungsi manajemen, dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengontrolan, bahkan pemasaran. Usaha yang sebutulnya sangat
potensial ini didalam kenyataannya banyak merupakan usaha sambilan, sehingga
tidak dikelola dengan profesional.
Dari segi orgasnisasi masih sederhana, hanya pemilik
sekaligus pimpinan modiste dibantu oleh beberapa tenaga; kompleksitas struktur
organisasi tergantung pada kapasitas modiste. Demikian juga alat yang
digunakan, masih sangat sederhana dan terbatas pada alat/mesin standar minimal,
misalnya mesin jahit, mesin obras, alat pembuat kancing dan ban pingggang,
serta mesin lubang kancing. Sistem produksi berdasarkan pesanan pelanggan,
dengan ukuran busana menyesuaikan pelanggan, atau dalam istilan industri
disebut dengan make to order (memproduksi berdasarkan/untuk memenuhi
order).
b. Tailor
Tailor
biasanya mengerjakan busana pria khususnya setelan jas. Tailor dapat pula
mengerjakan jas wanita. Struktur organisasi tergantung dengan kapasitas usaha
dan dengan sistem produksi yang make to order (memproduksi karena ada
atau berdasar pada pesanan).
c. Houte
Couture
Houte
couture berasal
dari bahasa Perancis atau dalam bahasa Italia disebut Altamoda atau
Adibusana yang berarti seni menggunting tingkat tinggi. Usaha ini lebih
mengutamakan pada detail potongan yang fit dengan badan, indah, dan
menitikberatkan juga pada detail desain dengan menggunakan bahan berkualitas
tinggi. Penyelesaian banyak dilakukan dengan tangan sehingga mutu jahitan
sangat bagus.
Houte
Couture biasanya
dipimpin oleh seorang perancang busana, seperti Pieter Sie, Hary Daharsono, Ane
Avanti, Christian Dior, Pierre Cardin, dan Hanae Mori.
2. Atelier
Atelier berasal dari bahasa Perancis yang
berarti tempat kerja, bengkel, atau workshop (dalam bahasa Inggris). Atelier
dalam istilah busana diartikan dengan rumah mode atau tempat untuk mengolah
mode pakaian. Atelier ini disamping menerima jahitan perseorangan juga
menerima order dalam jumlah besar (konveksi) dan menjual busana jadi.
Pengelolaan
usaha pada atelier lebih luas dibanding dengan modiste dan tailor baik
dari segi peralatan, staf pegawai, maupun organisasi. Atelier ini
menghasilkan busana madya atau tingkat menengah.
3. Boutique
Boutique atau butik merupakan toko yang
menjual pakaian jadi lengkap dengan aksesorisnya. Busana yang dijual
berkualitas tinggi. Dalam bahasa aslinya, Perancis, boutique berarti
toko kecil yang menjual pakaian dan aksesorisnya, lain dari yang lain, yang
tidak lazim dan dengan suasana berbeda dari toko lainnya.
4.
Konveksi
Konveksi
adalah usaha bidang busana jadi secara besar-besaran atau secara massal. Dalam
banyak literatur, konveksi ini disebut dengan home industri. Apabila
kapasitasnya sangat besar lazimnya disebut dengan usaha garmen. Sementara
garmen sendiri sebenarnya berarti pakaian (jadi). Produk dari konveksi ini
adalah busana jadi atau ready-to-wear (Bahasa Inggris) dan pret-a-porter
(bahasa Perancis). Busana ini telah tersedia di pasar yang siap dibawa dan
dipakai. Dalam proses produksi, ukuran busana ini tidak berdasarkan pesanan
pelanggan, melainkan menggunakan ukuran yang telah standar seperti
S-M-L-XL-XXLA atau 11, 12, 13, 14, 15, 16 atau 30, 32, 34, 36, 38, 40, dan 42.
5.
Pendidikan Busana
Pendidikan
di bidang busana merupakan usaha yang busana yang tidak berkaitan langsung
dengan pembuatan busana karena bergerak dalam bidang jasa pendidikan.
Pendidikan busana adalah sebagai penyedia tenaga terlatih yang dapat bekerja
pada usaha bidang busana. Pendidikan busana secara formal terdapat di sekolah
maupun universitas, sedangkan pendidikan nonformal terdapat pada kursus
menjahit. Usaha ini cukup potensial karena pasar masih membutuhkan, seperti
kebutuhan guru busana, akademisi busana, reporter dan editor busana, bahkan
operator pabrik garmen yang biasanya diambil dari kursus menjahit (LPK Busana).
Dalam kursus
menjahit terdapat beberapa tingkatan kursus yang diatur oleh Direktoral
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas.
a. Tingkat
ketrampilan dasar; pada tingkat ini diberikan pengetahuan dasar cara memotong,
menjahit pakaian. Tingkat ini mencetak penjahit
yang
masih sederhana, seperti dapat menjahit busananya sendiri. Tingkat ini tidak
memerlukan syarat pendidikan sebelumnya.
b.
Tingkat costumiere; pada tingkat ini diberikan model-model busana yang
sulit sehingga mencetak tenaga penjahit menengah dan sanggup menerima jahitan
dari orang lain.
c.
Tingkat coupeuse; pada tingkat ini diajarkan berbagai cara mengubah
model dan menyelesaikan pakaian secara tailoring. Tingkat ini mencetak tenaga
ahli yang dapat membuka modiste, tailor atau bahkan atelier.
d. Tingkat
kursus instruktur menjahit; tingkat ini mencetak instruktur menjahit yang
mempunyai wewenang mengajar pada kursus menjahit.
6. Usaha
Perantara Busana
Usaha
perantara busana ialah usaha yang diselenggarakan oleh seseorang yang mempunyai
pekerjaan sebagai perantara untuk mengumpulkan atau memberi tempat penampungan
pakaian hasil produksi konveksi/home industry. Usaha ini sering
dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.