Tuesday, 14 August 2018

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI & KD) Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Tata Busana SMK/MAK

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2), dan Kompetensi Keahlian (C3) Berikut ini Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Tata Busana Klik icon download di bawah ini:
Download Button

Friday, 10 August 2018

Spektrum Keahlian SMK (Perdirjen Dikdasmen No. 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018)



Berikut ini adalah Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Nomor 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Silahkan klik Disini...

Cara Mengukur Kemeja Lengan Panjang

Ukuran merupakan bagian terpenting dalam proses pembuatan busana. Bagaimana jika kita membuat pola busana tanpa ukuran?

Ketepatan mengambil ukuran sangat penting. Karena akan berpengaruh pada busana yang kita buat.

Materi mengukur kemeja lengan panjang ini merupakan bagian dari pembuatan kemeja pria.


Cara mengambil ukuran kemeja lengan panjang adalah sebagai berikut :


1. Panjang kemeja
Diukur dari puncak bagian depan kebawah sampai ruas bawah ibu jari.
2. Lingkar badan
Diukur pada badan yang terbesar dalam keadaan menghembuskan nafas.
3. Lingkar leher
Diukur sekeliling leher dengan posisi pita ukuran terletak tegak pada lekuk leher.
4. Lebar punggang
Diukur dari ujung bahu belakang kiri sampai ujung bahu kanan.
5. Rendah bahu
Diukur dari ruas tulang leher kebawah sampai perpotongan lebar punggung.
6. Lingkar lengan atas
Diukur keliling dari ujung bahu muka melalui ketiak keujung bahu belakang.
7. Panjang lengan
Diukur dari ujung bahu kebawah sampai pergelangan nadi.
8. Lingkar siku
Diukur keliling siku
9. Lingkar pergelangan tangan
Diukur keliling pergelangan nadi



Jangan lupa gunakan pita ukur untuk melakukan pengukuran badan ya..dan buatlah daftar ukurannya.

Sumber :

Busana Pria. 2013. Dr. Sri Wening, M.Pd. Fakultas Teknik UNY.

Aplikasi Buku Kerja Guru 2018





Berikut ini adalah aplikasi buku kerja guru. Perangkat buku kerja guru dalam K13 sangatlah penting. Para guru harus memilikinya dengan tujuan untuk mengertahui sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan bahkan untuk mengontrol aktivitas lain di sekolah.


Silahkan download buku kerja guru kurikulum 2013 di bawah ini :


Download Button

Wednesday, 8 August 2018

Pola Aneka Model Rok



Pola aneka model rok ini saya dapatkan ketika kuliah. Polanya mudah untuk dipelajari.
Sebelum belajar membuat pola aneka model rok ini, siapkan terlebih dahulu alat tulisnya ya...

Sebelum membuat pola dalam ukuran besar, alangkah lebih baiknya membuat pola kecil dengan menggunakan penggaris skala kertas.

Alat tulis yang diperlukan yaitu buku kostum, pensil, bolpoint, penghapus, penggaris dan penggaris skala.



Sumber : http://anugerah.mkri.id/

Tuesday, 7 August 2018

Anugerah Konstitusi Bagi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018



MK memandang penting melakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi dan pemberian penghargaan Anugrah Konstitusi bagi Guru PPKn yang berhasil melaksanakan pendidikan kesadaran berkonstitusi, baik yang berada di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama dan pemberian penghargaan “Anugerah Konstitusi”.


Ibu/bapak guru PPKn ikut seleksi ini yuk...!
Berikut Pedoman Anugerah Konstitusi Bagi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018.




Pengetahuan Busana Pria


Pengertian busana pria adalah busana yang biasa dikenakan kaum pria. Pakaian pria mempunyai model tertentu berbeda dengan pakaian wanita yang mempunyai macam macam model.
Adapun macam busana pria adalah:
1.    Celana Panjang
2.    Celana Pendek
3.    Kemeja
4.    Piyama
5.    Kaos Oblong
6.    Jaket
7.    Safari
8.    Setelan Jas
9.    Busana-busana Daerah (Beskap, Surjan,dll)

Setelan jas
Sumber Foto : journal.trooys.com


Safari
Sumber foto :http://simplyfreshlaundrypalembang.com


Beskap
Sumber  foto: www.kompasiana.com


Surjan
Sumber foto :https://budayajawa.id

Jaket
Sumber foto :http://qualitaspremium.store
Oblong
Sumber foto :http://solokaos.com

Sebelum kita melakukan pecah pola busana pria sebaiknya kita menyimak atau menganalisa model terlebih dahulu bagaimana bentuk lengan, kerah, ukuran, dan sebagainya. Kemudian menentukan arah dan bentuk garis hias, perbandingan bidang, serta bagaimana menggunakan lipit kup pola dalam mengkonstruksi pola menurut model.
Untuk mampu menganalisa model, terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri model, yaitu:
1.     Gejala perspekrif.
Yaitu mengungkap macam-macam sikap berdiri.
2.     Arah Lungsin Kain.
Yaitu arah benang dapat ditafsirkan dengan melihat  jatuhnya bagian itu serta motif bahannya.
3.     Tekstur.
Yaitu wujud bahan atau tekstur pada gambar model dapat dikenal pada siluetnya.
4.     Warna dan corak bahan.
5.     Teknik penyelesaian dalam kaitan menggambar polanya.
6.     Mode dan tujuan pemakaian.
7.     Hiasan dan pelengkap pakaian.

Agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan busana pria pemilihan bahan sangat berpengaruh. Pemilihan bahan untuk model busana pria perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1.     Bentuk busana yang direncanakan.
Bahan yang dipilih harus disesuaikan dengan bahan yang akan dipergunakan untuk kemeja, celana, piyama, atau jas, karena setiap bentuk busana memerlukan bahan yang berlainan baik asal serat dan sifatnya. Selain itu, juga perlu diperhatikan atau disesuaikan tingkat usia (anak, remaja, dewasa).
Desain Busana.
2.     Tiap-tiap desain busana memerlukan bahan yang berlainan karena sifat bahan tekstil, sifat tenunan, corak atau warna akan berpengaruh terhadap sesuai atau tidaknya desain tersebut, misalnya:
a)  Bahan lembut untuk desain yang mempunyai kerut.
b)  Bahan polos untuk desain yang mempunyai variasi jahitan, jahitan hias, opneisel, garis princess, dll.
c)  Bahan kaku dan bercorak untuk desain sederhana
3.     Kemampuan Daya Beli
Berbusana sederhana namun rapi dan serasi akan memberikan rasa percaya diri. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang matang antara pemilihan bahan busana, model, dan perlengkapannya disertai dengan tekun belajar memilih bahan yang baik dan disesuaikan dengan kemampuan daya beli.

Sumber :
Pecah Pola Busana Pria. 2005. SMK.

Monday, 6 August 2018

Soal Keterampilan Tata Busana Kelas XII

Petunjuk Umum:
1. Ketik Nama, Nama Sekolah dan Kelas
2. Bacalah soal dengan cermat
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan cara mengklik tanda bulat di depan jawaban
4. Jika semua soal sudah dijawab, kilik KIRIM di bawah soal paling akhir.


PERKEMBANGAN INDUSTRI BUSANA



A. PERANCIS, KIBLAT BUSANA

France’s dominance over international fashion began in the early eighteenth century.

1. Kerajaan Menentukan Tren Busana
Sampai revolusi industri, terdapat dua kelompok masyarakat, yaitu kelas orang kaya, sebagian besar adalah bangsawan dan tuan tanah; serta kelas orang miskin, sebagian besar adalah kaum buruh dan petani. Pada masa ini hanya orang kaya saja yang dapat mengenakan pakaian secara layak. Bangsawan kerajaan sebagai kaum kelas atas baik dalam ekonomi dan sosial menjadi fokus tren busana. Pada abad 18 Raja Louis XIV menetapkan Paris sebagai kota busana Eropa. Industri tekstil berkembang di Lyon dan kota-kota di Perancis lainnya untuk menyediakan bangsawan kerajaan dengan sutra, pita, dan kain renda. Para penjahit dengan bantuan kaum kelas kaya meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam penggunaan
bahan yang lebih indah tersebut.

2. Pertumbuhan Couture
Perancis dapat menjadi kiblat busana karena faktor dukungan kerajaan dan adanya perkembangan industri sutra. Di Perancis, seni membuat busana disebut dengan couture (koo-tour‟). Desainer pria disebut couturier dan yang perempuan couturiere. Charles Worth dianggap sebagai bapak Couture karena merupakan orang pertama yang sukses menjadi desainer merdeka. Ia lahir di Inggris, datang ke Perancis pada usia 20 tahun pada tahun 1846 (tahun ketika Elias Howe mematenkan mesin jahitnya). Beberapa couture lain mengikuti Worth antara lain Paquin, seorang imigran dari Bavaria datang di San Francisco dengan membawa kain yang akan dijual ke petambang emas untuk melindungi alat-alat dan senjata untuk menambang. Ini merupakan jawaban atas kebutuhan dari para petambang akan celana panjang dengan beberapa saku untuk tempat alat-alat. Celana ini sangat populer, karenanya dia membuat workshop dan toko untuk menyediakan celana tersebut. Kain populer yang digunakan Levi‟s ini adalah kain katun berserat ulet/kencang yang ditenun di Nimes, Perancis yang sering juga disebut serge de Nimes (atau disingkat denim). Ini adalah pakaian pertama yang dikhususkan untuk para pekerja. Ini adalah satu-satunya pakaian yang terus dipakai dengan pola dasar yang sama selama hampir 150 tahun.

C. PERDAGANGAN BUSANA SELAMA ABAD 19

Modern retailing had its roots in the nineteenth century when afforable fashion was first made available to the general public.

1. Department Store Pertama
Pameran dan bazar adalah awal mula adanya toko retail. Para pembeli berdatangan membeli pakaian di pasar tersebut. Harga tidak tertera pada barang sehingga pembeli dan penjual melakukan tawar menawar.
Adanya Revolusi Industri mempengaruhi siklus manufaktur dan perdagangan. Semakin banyak barang yang diproduksi, semakin banyak barang yang dijual. Peningkatan aktivitas usaha ini meningkatkan pula pengeluaran uang pada golongan kelas menengah. Hal ini berarti membuat tingkat permintaan barang semakin tinggi. Peningkatan permintaan atas barang-barang yang bervariasi adalah fondasi dari berkembangnya perdagangan. Maka, banyak toko retail yang tumbuh di kota-kota mendekati tempat produksi dan penduduk.
Ketika itu terdapat dua jenis toko retail, yaitu: the specialty store dan the department store. Kerajinan tradisional biasanya ditawarkan dalam the specialty store, sedangkan barang-barang yang lebih umum dan bervariasi banyak ditawarkan dalam the department store.

2. Department Store Pertama
Tahun 1826, Samuel Lord dan George Washington Taylor bekerja sama untuk membuka toko pertama di New York, Lord and Taylor. Jordan Marsh and Co membuka di Boston dengan promosi dapat menjual, memotong, menjahit, menghias pakaian dalam setengah hari.
Harrrod‟s of London didirikan oleh Henry Harrod tahun 1849 dari toko yang kecil. Namun, pada tahun 1880 Harrrod‟s of London menjadi toko terbesar di Eropa dengan 100 karyawan. Liberty of London dibuka pada tahun 1875 dan mulai berproduksi pakaian sendiri pada awal tahun 1878. Di Perancis terdapat Bon Marche, Samaritaine, dan Printemps yang dibuka pada abad 19. Pada abad 19 ini juga mulai adanya faham layanan pada konsumen, yang sangat mempengaruhi perdagangan di Amerika. Karenanya dikenal adanya istilah ”the customer is always right”.

D. EFEK PERANG DUNIA I PADA STATUS WANITA DAN BUSANA

World War I put women in the work force and gave them new right and practical clothing.
1. Wanita dalam Dunia Kerja.
Sebelum tahun 1900, sangat sedikit wanita yang bekerja diluar rumah. Tanpa tempat usaha yang bisa memuliakannya, maka wanita tidak mempunyai wewenang dan hak. Seiring dengan waktu, wanita mulai bekerja di pabrik, kantor, dan toko retail. Tahun 1914, Perang Dunia (PD) I mulai di Eropa dan di Amerika tahun 1917. PD I berperan sangat besar dalam mempromosikan hak-hak wanita karena wanita Amerika dan Eropa dapat menggantikan laki-laki pada pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh kaum pria. Peranan wanita dalam pekerjaan ini sangat mempengaruhi tren busana, baik pada pola, dekoratif, maupun yang lainnya. Perubahan ini memerlukan konstruksi yang simpel karena faktor peningkatan biaya tenaga kerja dan hasil demokratisasi dalam busana. Akhirnya, pada tahun 1920, busana benar-benar mencerminkan pertumbuhan kebebasan wanita.

2. Pentingnya Desainer sebagai Trensetter
Ketika produksi massal tumbuh di industri busana Amerika, Perancis tetap memfokuskan pada busana kepemimpinan serta kemakmuran. Paris tetap menjadi tempat pertemuan antara desainer, artis, dan penulis. Mereka bertukar ide dan kreasi untuk menghasilkan busana yang inovatif.
Sering satu atau sedikit desainer menjadi trensetter. Mereka mendominasi karena mampu menangkap spirit dan momen serta mampu menerjemahkan menjadi sebuah busana dengan daya terima yang sangat tinggi. Sementara itu, pedagang Amerika sering membeli busana Perancis untuk konsumen kelas atasnya dan juga sering bekerja sama dengan pabrik membuat kopian atau turunan untuk pasarnya.
Paul Poiret (pwah-ray) adalah desainer pertama Perancis yang menjadi trensetter pada abad 19. Gabrielle Chanel (sha-nelle) juga dikenal dengan Coco. Ia adalah desainer terdepan Perancis pasca PD I. Dia mempopulerkan the Garcon atau style boyish dengan sweaters dan jersey dresses. Coco juga merupakan desainer pertama yang membuat adibusana untuk wanita.
Industri pakaian siap pakai (ready-to-wear) mulai berkembang ketika para desainer seperti Poiret, Vionnet, dan Chanel membuat desain dengan gaya dan konstruksi yang simpel. Adibusana kemudian diturunkan dalam produksi massal dengan harga yang bervariasi.
Tahun 1920, desainer seperti Lucien Lelong di Perancis dan Hattie Carnegie di Amerika menambahkan line produksi pakaian siap pakai pada busana yang diproduksi berdasarkan pesanan (made-to-order). Pada tahun 1920-an industri pakaian siap pakai semakin berkembang.

E. EFEK PERANG DUNIA II PADA BUSANA

The American economy did not entirely recover until World War II escalated production.
Selama PD II, industri busana di Perancis yang merupakan pusat busana dunia tidak mengalami perkembangan berarti. Hal ini karena banyaknya kekurangan selama perang, seperti: kurangnya kain sebagai bahan baku, bahan hiasan, pangan, dan juga liputan media. Bahkan ada beberapa toko ditutup paksa.
Terhambatnya Perancis sebagai pusat busana dunia dalam menyebarluaskan tren mode busana selama PD II mengakibatkan Amerika harus mencari arah dan gayanya sendiri. Hal ini berdampak pada berkembangnya potensi dan bakat dari desainer Amerika. Maka, pada tahun 1940 muncul banyak desainer sukses seperti Claire McCardell, Hatie Carnegie, dan Vera Maxwell. Para desainer Amerika ini dikenal sebagai spesialis busana sportwear yang lebih mencerminkan gaya hidup Amerika. Busana sportwear ini memiliki konstruksi yang lebih simpel dan juga sesuai untuk produksi massal.

F. 1960an, TREN ARAHAN DESAINER MUDA

The postwar baby boom had an increasing effect on fashion change. Breaking with convention, young designers created fashions for their own age group.

1. London Emerges sebagai Pencipta Busana Kaum Muda Terdepan
Mary Quant dan desainer muda Inggris lainnya seperti Zandra Rhodes dan Jean Muir menciptakan tren busana secara internasional. Mereka mempopulerkan busana dengan individual look yang dipengaruhi gaya Mods dan miniskirts dengan motif mawar di atas lutut, ketat, dan dengan menggunakan kain yang tidak lazim digunakan seperti vinyl.
Di Amerika, desainer muda seperti Betsey Johnson juga menciptakan busana kaum muda. Bahkan desainer adibusana Paris seperti Andre Courreges mengikuti tren dari para desainer muda ini. Kepopuleran busana kaum muda ini membuat semua wanita ingin terlihat lebih muda.

2. Menghidupkan lagi Busana Pria
Carnaby Street Tailor berusaha menghidupkan kembali busana pria. Usaha ini menghasilkan para pria memperhatikan penampilannya di luar masa kerja. Dalam hal ini, desainer Perancis dan Italia sangat berperan dalam busana pria.
Pierre Cardin (car-dahn‟) menandatangani kontrak pertamanya untuk membuat kaos pria dan dasi pada tahun 1959 dan membuka toko busana siap pakai untuk pria tahun 1960. Langkah ini diikuti oleh Christian Dior, St. Laurent dan desainer wanita lainnya.
3. Evolusi Usaha Busana
Tahun 1960 mulai terjadi perubahan usaha busana. Meskipun ada beberapa desainer yang sukses seperti Pierre Cardin, namun desainer muda Perancis banyak yang mengalami kemunduran karena faktor finansial.
Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi dan penduduk mengakibatkan perubahan usaha busana. Home Industry busana mulai tidak terlihat. Ada yang merger atau dibeli oleh perusahaan besar, ada juga yang berubah menjadi pedagang bahan dan pakaian.

4. Boutique menjadi Tren Retail Busana
Boutique (butik) di Inggris seperti Mary Quant Bazaar membuat tren baru dalam penjualan busana. Kata Boutiquey ang berasal dari bahasa Perancis berarti toko-toko kecil untuk memperoleh popularitas. Penjualan secara tradisional di toko dan department store memperoleh saingan dari butik. Mengikuti tren, Yves St Laurent membuka butik Rive Gauche (Reev Gosh) diseluruh penjuru dunia. Henri Bendel‟s di New York menyuguhkan suasana dari berbagai butik dalam satu butik. Ide ini membawa kesegaran dan ketertarikan dalam penjualan.


Sumber : 
Manajemen Usaha Busana. 2011. Moh.Adam Jerusalem.Fakultas Teknik UNY

KARAKTERISTIK USAHA BUSANA





  
A. PENGELOLAAN USAHA BUSANA

From characteristic of fashion business we can plan, do, evaluate and improve our business.
Satyodirgo (1978: 111) menyebutkan bahwa usaha dapat digolongkan dalam tiga kelompok sifat usaha.
       a.         Komersil, yaitu usaha yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Para pelaku usaha ini sering disebut dengan pengusaha atau entrepreneur.
      b.          Nonkomersil, yaitu usaha yang didirikan dengan unsur sosial sebagai tujuannya sehingga menomorsekiankan pencarian laba.
       c.         Semi komersial, yaitu usaha yang disamping untuk mencari laba juga dalam operasinya mengedepankan aspek sosial secara seimbang. Dalam jenis badan usaha, contoh semi komersil ini dapat direprentasikan oleh koperasi.

B. JENIS-JENIS USAHA BUSANA

Seiring perkembangan zaman, jenis usaha juga mengalami perkembangan. Banyak varian baru dalam suatu bidang usaha termasuk dalam usaha busana, baik usaha di bidang busana itu sendiri maupun usaha yang berkaitan dengan busana mulai dari benang, tekstil, aksesoris, merchandise, pendidikan busana sampai pada kecantikan. Setidaknya ada enam kelompok usaha busana yang akan dipaparkan dalam buku ini seperti yang sebutkan dalam Sri Wening (1994:93).

1. Usaha Menjahit Perseorangan
Disebut usaha menjahit perseorangan karena dilakukan secara individual. Individual ini dapat dipandang dari sisi pembuatnya, yaitu dibuat oleh seorang penjahit, namun dapat pula dipandang dari sisi produknya, yaitu busana yang dibuat diselesaikan secara utuh setiap satu (pcs) busana sebelum membuat busana yang lain. Berdasarkan busana yang dibuat, usaha perseorangan dibedakan menjadi tiga, yaitu: modiste, tailor, dam houte couture.

a. Modiste

Modiste biasanya mengerjakan busana wanita dan busana anak. Pada modiste, pengelolaan masih sangat sederhana, hampir semua pekerjaan dilakukan sendiri mulai dari mengukur, memotong, menjahit, hingga penyelesaiaan. Dalam hal ini, pimpinan modiste memegang beberapa fungsi manajemen, dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan, bahkan pemasaran. Usaha yang sebutulnya sangat potensial ini didalam kenyataannya banyak merupakan usaha sambilan, sehingga tidak dikelola dengan profesional.
Dari segi orgasnisasi masih sederhana, hanya pemilik sekaligus pimpinan modiste dibantu oleh beberapa tenaga; kompleksitas struktur organisasi tergantung pada kapasitas modiste. Demikian juga alat yang digunakan, masih sangat sederhana dan terbatas pada alat/mesin standar minimal, misalnya mesin jahit, mesin obras, alat pembuat kancing dan ban pingggang, serta mesin lubang kancing. Sistem produksi berdasarkan pesanan pelanggan, dengan ukuran busana menyesuaikan pelanggan, atau dalam istilan industri disebut dengan make to order (memproduksi berdasarkan/untuk memenuhi order).

b. Tailor
Tailor biasanya mengerjakan busana pria khususnya setelan jas. Tailor dapat pula mengerjakan jas wanita. Struktur organisasi tergantung dengan kapasitas usaha dan dengan sistem produksi yang make to order (memproduksi karena ada atau berdasar pada pesanan).

c. Houte Couture

Houte couture berasal dari bahasa Perancis atau dalam bahasa Italia disebut Altamoda atau Adibusana yang berarti seni menggunting tingkat tinggi. Usaha ini lebih mengutamakan pada detail potongan yang fit dengan badan, indah, dan menitikberatkan juga pada detail desain dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi. Penyelesaian banyak dilakukan dengan tangan sehingga mutu jahitan sangat bagus.
Houte Couture biasanya dipimpin oleh seorang perancang busana, seperti Pieter Sie, Hary Daharsono, Ane Avanti, Christian Dior, Pierre Cardin, dan Hanae Mori.

2. Atelier

Atelier berasal dari bahasa Perancis yang berarti tempat kerja, bengkel, atau workshop (dalam bahasa Inggris). Atelier dalam istilah busana diartikan dengan rumah mode atau tempat untuk mengolah mode pakaian. Atelier ini disamping menerima jahitan perseorangan juga menerima order dalam jumlah besar (konveksi) dan menjual busana jadi.
Pengelolaan usaha pada atelier lebih luas dibanding dengan modiste dan tailor baik dari segi peralatan, staf pegawai, maupun organisasi. Atelier ini menghasilkan busana madya atau tingkat menengah.

3. Boutique

Boutique atau butik merupakan toko yang menjual pakaian jadi lengkap dengan aksesorisnya. Busana yang dijual berkualitas tinggi. Dalam bahasa aslinya, Perancis, boutique berarti toko kecil yang menjual pakaian dan aksesorisnya, lain dari yang lain, yang tidak lazim dan dengan suasana berbeda dari toko lainnya.

4. Konveksi

Konveksi adalah usaha bidang busana jadi secara besar-besaran atau secara massal. Dalam banyak literatur, konveksi ini disebut dengan home industri. Apabila kapasitasnya sangat besar lazimnya disebut dengan usaha garmen. Sementara garmen sendiri sebenarnya berarti pakaian (jadi). Produk dari konveksi ini adalah busana jadi atau ready-to-wear (Bahasa Inggris) dan pret-a-porter (bahasa Perancis). Busana ini telah tersedia di pasar yang siap dibawa dan dipakai. Dalam proses produksi, ukuran busana ini tidak berdasarkan pesanan pelanggan, melainkan menggunakan ukuran yang telah standar seperti S-M-L-XL-XXLA atau 11, 12, 13, 14, 15, 16 atau 30, 32, 34, 36, 38, 40, dan 42.

5. Pendidikan Busana

Pendidikan di bidang busana merupakan usaha yang busana yang tidak berkaitan langsung dengan pembuatan busana karena bergerak dalam bidang jasa pendidikan. Pendidikan busana adalah sebagai penyedia tenaga terlatih yang dapat bekerja pada usaha bidang busana. Pendidikan busana secara formal terdapat di sekolah maupun universitas, sedangkan pendidikan nonformal terdapat pada kursus menjahit. Usaha ini cukup potensial karena pasar masih membutuhkan, seperti kebutuhan guru busana, akademisi busana, reporter dan editor busana, bahkan operator pabrik garmen yang biasanya diambil dari kursus menjahit (LPK Busana).
Dalam kursus menjahit terdapat beberapa tingkatan kursus yang diatur oleh Direktoral Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas.
a. Tingkat ketrampilan dasar; pada tingkat ini diberikan pengetahuan dasar cara memotong, menjahit pakaian. Tingkat ini mencetak penjahit
yang masih sederhana, seperti dapat menjahit busananya sendiri. Tingkat ini tidak memerlukan syarat pendidikan sebelumnya.
b. Tingkat costumiere; pada tingkat ini diberikan model-model busana yang sulit sehingga mencetak tenaga penjahit menengah dan sanggup menerima jahitan dari orang lain.
c. Tingkat coupeuse; pada tingkat ini diajarkan berbagai cara mengubah model dan menyelesaikan pakaian secara tailoring. Tingkat ini mencetak tenaga ahli yang dapat membuka modiste, tailor atau bahkan atelier.
d. Tingkat kursus instruktur menjahit; tingkat ini mencetak instruktur menjahit yang mempunyai wewenang mengajar pada kursus menjahit.

6. Usaha Perantara Busana
Usaha perantara busana ialah usaha yang diselenggarakan oleh seseorang yang mempunyai pekerjaan sebagai perantara untuk mengumpulkan atau memberi tempat penampungan pakaian hasil produksi konveksi/home industry. Usaha ini sering dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.

 Sumber : 
Mohamad Adam Jerusalem. 2011. Manajemen Usaha Busana. Fakultas Teknik UNY.